kapan kau berkunjung
di ruang tak berwadah setumbuh kalbu kenangan
dan aku masih setia memandangi pintu
membayangkan wajahmu yang membasah
dan mengerut di dinding waktu yang beku
dari musim yang tak terbilang
di kursi aku semakin usang
sesekali memanah fotomu di samping jam dinding
sekejap aku tertawa kemudian menangis
masa depan menjadi serpihan
pecahan cermin
sedang masa lalu selalu menawarkan belati di pagiku
seusai mengutuki diri sendiri
lantaran sepi pelan-pelan memenggal usiaku
jiwaku tersandra di sepertiga malam
kapan kau berkunjung
akan kuperkenalkan kau pada penyesalanku
dan maaf yang tak surut
sebelum sampai padamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar