Sabtu, 23 Oktober 2010

Selama Satu Jam

Oleh : Utami Diah Kusumawati

Selama satu jam,
Tuhan berkata lewat tatapanmu,
"Pelajari, hidup tak sekadar debu terbang tanpa arah. Setiap kedatangan dan pertemuan adalah pertanda. Apakah kau mau belajar atau berpaling?"
Aku memilih mengabaikan dan kita pun beranjak sirna.

Kabut pagi yang kuasa akan malam
Cahaya pias lampu lampu gedung kota
Derit pintu bioskop cikini, hembusan angin taman, keheningan stasiun kereta
Dan deru motormu membuncah, mengantarkan kepada cerita.

Selama satu jam,
Di tempat ini, kau memberanikan diri berkisah,
"senyawa yang membentuk diriku, terikat kutukan masa lalu dan belum berhasil kubebaskan. Apakah kau masih mau tinggal atau minggat?"
Setia kepada sekaleng minuman dan malam, aku memilih mendengarkan.

Doa lelaki tua tak dikenal yang tiba tiba datang
Pendar lampu billboard teater dan hotel hotel tua
Teriakan mahasiswa, kecupan kekasih, denting wajan tukang jualan
Dan mulutmu terbuka, menyulam benang katakata

Selama satu jam
Tuhan kembali mengejawantah dalam senyummu. Terdiam, aku berbisik,
"Dalam kisahmu, kutemukan wajah diriku. Selalu hendak kubuang ke laut, tetapi ombak menghempaskannya kembali ke daratan. Mengapa kau kini menjelma ombak?"
Dan kau berkata pelan,"Takdir seringkali menguakkan diri tanpa perlu diminta."

Selama satu jam
Selama satu
Selama.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar